Penyeberangan Termahal di Dunia, Tokoh Pemuda Minta Tarif Kempang Mekong- Semukut Dievaluasi

Foto : Kempang penyeberangan Mekong- Semukut. Kempang penyeberangan Mekong- Semukut
SELATPANJANG,(Mediapesisir.com) – Penyeberangan yang terletak di Dusun Bandul, Desa Mekong Tebingtinggi Barat tujuan Desa Semukut, Kecamatan Pulau Merbau hanya berjarak kurang lebih 100 meter.
Penyeberangan Kempang Mekong-Semukut boleh dikatakan yang terpendek jaraknya. Tapi, penyeberangan ini pula merupakan penyeberangan yang paling mahal di Kepulauan Meranti, bahkan bisa dikatakan termahal di dunia.
Kempang-kempang ini dikelola oleh warga dua pulau, yakni Mekong dan Semukut. Setiap harinya tiada henti mulai jam 06.00 pagi hingga 19.00 WIB penyeberangan ini sibuk dengan beragam aktivitas warga.
Meski hanya dipisahkan selat, yakni Selat Rengit, tapi untuk menggunakan jasa penyeberangan warga harus merogoh kantong sebesar Rp10 ribu (satu sepeda motor 2 penumpang).
Mahalnya ongkos penyeberangan itu disinyalir karena dimanfaatkan oleh oknum tertentu atau pihak-pihak yang ingin cepat mendapatkan keuntungan lebih besar lagi, seperti halnya yang dilakukan oleh segelintir pengemudi kempang karena meningkatnya aktivitas di tempat tersebut.
Harga penyeberangan ini sangat mahal apabila dibandingkan dengan penyeberangan Selatpanjang-Lemang dan Selatpanjang-Peranggas, padahal jarak tempuh sangat jauh.
Tidak jarang pula jasa penyeberangan dikeluarkan sedikit lebih besar dibanding biasanya. Itu disebabkan kondisi alam yang kurang bersahabat dan harga Rp10 ribu itu tidak selalu bertahan.
Masyarakat harus menyediakan uang Rp20 ribu jika hendak ke Ibukota maupun ke Pulau Merbau. Sementara pendapatan warga tidaklah besar, terutama bagi mereka yang merupakan nelayan dan petani karet.
Di bulan Desember misalnya, debit air laut meningkat. Ketika air pasang, sebagian jalan menuju Desa Mekong terendam air asin. Selain sulit dilewati, air asin sangat berbahaya untuk besi-besi di kendaraan bermotor.
Bahkan, air asin membuat besi di sepeda motor akan cepat berkarat dan keropos belum lagi kerusakan mesin dan sebagainya.
Sehingga masyarakat yang sebelumnya telah membayar Rp10 ribu untuk penyeberangan di selat juga harus mengeluarkan ongkos lagi untuk penyeberangan di atas darat, jalan yang digenangi air pasang dengan kembali mengeluarkan ongkos Rp10 ribu.
Beberapa warga Pulau Merbau sering mengeluhkan tingginya ongkos menyeberang. Mereka harus mengeluarkan uang Rp25 ribu untuk dua kali jasa penyeberangan. Yaitu penyeberangan di Selat Rengit bayar Rp10 ribu, dan penyeberangan di jalan yang tergenang air Rp15 ribu.
“Jaraknya tidak jauh, walau mahal kami tak ada pilihan lain,” kata Rusmidar.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Sapma PP Kepulauan Meranti yang juga tokoh pemuda Pulau Merbau, Boby Iskandar mengatakan meminta kepada pengusaha Kempang untuk mengevaluasi terhadap ongkos yang telah diberlakukan.
Dikatakan pihaknya, tokoh masyarakat Pulau Merbau, Camat Tebingtinggi Barat, Camat Pulau Merbau, PAC Pemuda Pancasila Pulau Merbau dan Karang Taruna Pulau Merbau sudah sepakat untuk melakukan pertemuan bersama yang difasilitasi oleh DPRD.
“Kita akan melakukan hearing di DPRD terkait hal ini dan sudah kita agendakan Minggu depan,” kata Boby, Senin (24/2/2020).
Dia juga meminta kepada pengusaha Kempang untuk legowo menurunkan tarif yang selama ini dianggap memberatkan masyarakat.
“Yang kita minta pengusaha Kempang harus legowo menurunkan ongkos yang mahal ini. Saya pikir ini tarif termahal di dunia,” ujarnya.
Ditambahkan, sudah banyak pihak yang melakukan musyawarah terkait hal ini, namun belum menemui jalan keluarnya.
“Terkait kesepakatan ini sudah beberapa kali dilakukan namun tak pakai selesai, yang kita minta itu hanya win win solusi. Kalau menurut kita itu sudah wajar itu menurut referensi dari penyeberangan lain. Kita tidak hanya mengkritik namun mencari jalan keluarnya, selain itu kami juga tidak menyudutkan satu pihak, jika ingin membantu masyarakat inikan bisa dikelola melalui BUMDes,” pungkas Boby..(Rls)
editor : feri windria